Friday, June 13, 2008

Kagum kepada Ahmadinejad?

Kagum kepada Ahmadinejad?
Assalamu'alaikum wr.wb

Dear Ustad Ahmad Sarwat,

Saya termasuk pengagum Presiden Iran Ahmadinejad, namun apakah tidak bermasalah sebab beliau adalah dari Saudara kita Syiah.

Bagaimana Ustad memandang fenomena Iran saat ini? Mungkinkah Iran akan menjadi pemimpin negara muslim kelak?
Terimakasih atas jawabannya.

Wassalam
Regard
Wijatmoko Rah Trisno
wrahtrisno@gmail.com

Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmadinejad adalah sosok yang layak dikagumi, setidaknya untuk sebagian kalangan. Banyak tindakan beliau yang cukup menarik hati, terutama sikap tegasnya kepada Amerika.

Jarang-jarang ada pemimpin di negeri Islam yang puya nyali seperti Presiden Iran saat ini. Wajar kalau banyak orang yang nge-fans dengan sosoknya yang sederhana, tegas, dan perpandangan jauh ke depan. Dan tidak sedikit di antaranya dari kalangan ibu-ibu dan nenek-nenek.

Jadi Pemimpin Dunia Islam?
Tapi apakah Ahmadinejad dan Iran-nya layak menjadi pemimpin di dunia Islam? Rasanya tidak sesederhana itu. Mengingat ada begitu banyak persoalan baik, mulai dari sisi ideologis, hukum, syariah, bahkan sisi sejarah juga, yang berserakan dan menjadi batu sandungan.

Kalau boleh disebutkan, ganjalan buat seorang Ahmadinejad saat ini yang paling utama adalah karena justru dia dari Iran. Dan di dunia Islam, Iran adalah satu-satunya negara yang menjadikan Syiah sebagai mazhab resmi negara.
Paham Syiah memang ada di beberapa negara Arab, tapi umumnya minoritas dan jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Tapi tidak buat Iran. Orang-orang Syiah di negara ini berhasil menggulingkan Syah di tahun 1979 dan mengambil alih kekuasaan. Khomaini pulang dari pengasingannya di Perancis dan jadi pemimpin tertinggi di negeri itu.
Inilah pertama kalinya sejak berabad-abad, orang-orang dengan akidah minoritas Syiah menjadi penguasa, setelah sebelumnya pernah berkuasa di Mesir, yaitu Daulat Fatimiyah.

Sejarah memang membuktikan bahwa Daulat Fatimiyah yang beraliran Syiah di Mesir itu akhirnya tumbang juga. Salah satu tokoh besar yang menumbangkannya adalah Shalahuddin Al-Ayyubi.

Iran Jadi Pemimpin Dunia Islam?
Sejak Revolusi Islam Iran di tahun 1979 itu, Khomaini awalnya sangat aktif menyerukan kepada dunia Islam bahwa revolusi mereka bukanlah revolusi syiah, melainkan revolusi Islam. Dan seruannya itu kemudian disambut antusias oleh berjuta umat Islam, yang saat itu memang sedang menunggu-nunggu datangnya angin segar kebebasan.

Kedutaan Iran di bilangan Menteng Jakarta di tahun-tahun itu aktif membagikan brosur propaganda, poster Khomaini, majalah Yaumul-Quds dan lainnya. Bahkan salah satu teman kami ketika anak pertamanya lahir, nekad memberinya nama Khomaini. Saking kagumnya dengan Iran dan Revolusi Islamnya.
Pokoknya saat itu semua pemuda Islam di berbagai belahan dunia sedang terpesona dengan revolusi Islam di Iran. Dalam dada mereka, ada secercah harapan setelah melihat kegagalan demi kegagalan di dunia Islam selama ini.

Berbagai Batu Ganjalan

Sayangnya, ada begitu banyak batu ganjalan buat Iran, bila ingin menjadi pemimpin dunia Islam.

1. Sisi Aqidah
Perdebatan khusus di wilayah theologis antar syiah dan sunni belum selesai hingga hari ini. Setidaknya ada beberapa tema besar yang masih menjadi ganjalan utama.
Sepanjang sejarah memang ada ganjalan masalah perbedaan aqidah. Syi'ah sebagai mazhab resmi negara itu dengan sistem wilayat al-faqihnya yang penuh kritik, karena memberikan kekuasaan mutlak kepada Khomaini sebagai penentu kebenaran satu-satunya. Dan ini adalah salah satu bentuk persoalan akidah yang tidak bisa dianggap kecil.
Juga paham Kemaksuman 12 Imam Syiah, yang dalam pandangan mereka memang tidak boleh ada yang jadi pemimpin kecuali Imam Al-Mahdi yang mereka tunggu-tunggu itu. Saat ini Imam ke-12 itu sudah ada, namun dipercaya sedang menghilang dan dan sedang ditunggu-tunggu kedatangannya.

Bahkan fraksi Syiah yang lebih ekstrim sampai tega-teganya menyebutkan bahwa malaikat Jibril alaihissalam telah salah menurunkan wahyu, seharusnya kepada Ali bin Abi Thalib dan bukan kepada Nabi Muhammad SAW. Astaghfirullahaladzhim.
Nah masalah-masalah akidah yang masih parah seperti ini akan menjadi batu sandungan besar dari Iran kalau bermimpi jadi pemimpin di dunia Islam. Karena akidah seperti ini jelas-jelas bertentangan dengan akidah yang diajarkan dan dianut oleh umat Islam yang berada pada mainstream.

2. Mengkafirkan dan Menghina Shahabat Nabi SAW
Batu ganjalan lainnnya buat Iran untuk menjadi pemimpin di dunia Islam adalah bersumber dari para pendakwah ajaran Syiah sangat gemar memaki para shahabat Nabi. Bahkan ada aliran di dalam Syiah yang sampai mengkafirkan pada shahabat nabi ridhwanullahi 'alaihim.
Khomaini dan ajarannya yang awalnya di tahun 80-an sangat menawan dengan Revolusi Islam Iran-nya, kemudian ketahuan belangnya, karena akidah syiah mereka yang masih saja mencaci maki para shahabat Nabi.

Dr. Yusuf Al-Qaradhawi pada saat muktamar pendekatan Syiah dan Sunnah di Qatar Januari 2007 menyebutkan bahwa tak mungkin terjadi pendekatan antara Syiah dan Sunni, jika keyakinan Syiah masih terus menerus mencela para sahabat radhiallahu anhum.

3. Mushaf Berbeda
Belum lagi urusan adanya Mushaf Al-Quran yang masih menjadi perdebatan. Sebagian kalangan ada yang menyebutkan bahwa kalangan Syiah ini menggunakan mushaf Al-Quran yang berbeda dengan yang dipakai oleh umat Islam sedunia.
Namun beberapa kalangan dari Syiah membantahnya. Mana yang benar, memang masih samar. Tapi yang jelas isu seperti itu tentu akan sangat menjadi batu ganjalan bagi Iran untuk menjadi pemimpin di dunia Islam.

4. Kawin Kontrak
Semua itu masih ditambah lagi problem berat tentang ajaran kawin kontrak (mut'ah) yang banyak ditawarkan oleh mereka yang menyebarkan paham Syiah. Kawin model ini di Indonesia cukup marak dan digemari oleh banyak mahasiswa dan mahasiswi.
Sampai seorang dokter kelamin di sebuah kota di Jawa Barat mengeluh bahwa beberapa pasiennya yang sakit kelamin itu ternyata wanita yang penampilannya berjilbab. Usut punya usut, ternyata mereka berpaham nikah mut'ah yang pada hakikatnya merupakan zina yang dihalalkan lewat nikah mut'ah. Kita tentu sedih kalau mendengar hal-hal seperti itu.

Dan tentunya ada begitu banyak isykal dan problematika ideologis yang harus dijawab terlebih dahulu oleh Iran dan para pendukungnya.

Al-Ustadz Dr. Said Hawwa Menguak Tabir

Sejak pertama kali terjadi Revolusi di Iran tahun 1979 hingga beberapa tahun kemudian, semakin hari umat Islam yang mengamati perkembangan konstalasi di Iran semakin dibuat bingung. Apalagi dengan perkembangan Revolusi Islam di Iran, yang terasa semakin hari semakin menjauh dari nilai-nilai yang dikampanyekan sebelumnya.
Sehingga ulama besar dunia sekelas Dr. Said Hawwa yang juga tokoh Ikhwanul Muslimin di Syria merasa harus melakukan klarifikasi. Beliau pun berangkat langsung berkunjung ke Iran. Tujuannya untuk bertemu langsung dengan sang pemimpin besar Khomeini. Setidaknya untuk melakukan chek and rechek tentang isu yang berkembang tentang ketidak-normalan perkembangan revolusi itu serta melakukan serangkaian penelitian.

Kalau ternyata hanya isu, tentu harus dijelaskan duduk masalahnya. Tapi kalau ternyata memang ada penyimpangan akidah atau politik, tentu harus di clear-kan, agar tidak terjadi penggelapan sejarah.

Setidaknya beliau yang menjadi representasi dari pergerakan Islam ingin tahu lebih dalam, sejauh mana Khomeini serius dalam usahanya membebaskan tanah Palestina yang terjajah.

Akan tetapi, yang terjadi adalah suatu kejutan. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara langsung serta survey di lapangan, sepulang dari Iran, Dr. Said Hawwa tegas menyatakan bahwa Khomeini dan revolusinya itu hanyalah lanjutan dari makar Syi’ah yang penuh kedustaan. Maka gegerlah dunia Islam saat itu.
Kalau yang bicara cuma anak muda tanggung dengan ilmu sejengkal, mungkin bisa dianggap fitnah belaka. Tapi yang bicara adalah seorang dengan derajat ilmu yang di atas orang awam. Apalagi beliau seorang pemimpin besar Ikhawanul Muslimin yang punya tandzhim besar, setidaknya untuk Syria.

Sekembalinya dari Iran, beliau telah menulis sebuah makalah yang berjudul “al-Khomeiniyah Syudzuz fi Al-Aqaid wa Al-Mawaqif (Khomeinisme: keganjilan pada aqidah dan pendirian politik).

Hasil kunjungan Dr. Said Hawwa dan penelitiannya yang cermat dan mendalam, serta survey langsung dengan wawancara kepada Khomeini menunjukkan bahwa Khomaini dengan Syiah dan Revolusinya telah nyata-nyata melakukan penghinaan dan celaan terhadap para sahabat Nabi ridhwanulahi 'alaihim. Silahkan download buku itu di sini

Tentu temuan ini sangat berbeda dengan apa yang selama ini digembar-gemborkan di media, bahwa Revolusi Iran bukan Revousi Syiah. Iran menyatakan revolusi itu adalah Revolusi Islam. Namun wawancara langsung antara kedua tokoh ini sampai kepada kesimpulan bahwa Khomaini, Iran dan revolusinya tidak lain hanyalah revolusi Syiah dengan segala ciri khasnya yang bisa dibaca sepanjang sejarah. Ternyata semua ini hanya sebuah pengulangan sejarah.

Lebih parah lagi, ternyata Dr. Said Hawwa menemukan fakta bahwa cita-cita Syiah di Iran nyata ingin melakukan usaha untuk menyingkirkan Ahlus Sunnah, serta semua ideologi dan paham serta identitas selain Syi’ah.

Lebih parah lagi, Dr. Said Hawwa juga berhasil membuktikan bahwa Iran melakukan kontak dengan Israel pada masa Khomeini.

Sikap Ambigu Khomaini Terhadap Israel

Keraguan dunia Islam terhadap Iran dan Khomaini semakin membesar ketika melihat bahwa di belakang layar, nampak nyata ada main mata dengan Israel.
Memang di panggung dunia, Khomaini menyumpahi Israel sebagai setan, tapi di belakang Iran membeli senjata dari Israel. Sikap ini tidak bisa
ditutupi, karena semua pihak mengetahuinya, sehingga semakin meragukan omongan Khomaini tentang masa depan Islam.

Awalnya pasca revolusi itu pada 1981, Iran kebingungan mencari suku cadang senjata buatan Amerika warisan Shah Reza Pahlevi. Mereka melirik Israel yang juga memasok senjata buat rezim Shah. Akhirnya, jual beli suku cadang dan juga senjata terjalin antara Iran dengan Israel.

Fakta lainnya, pada bulan Mei 1982, Menteri Pertahanan Israel waktu itu, Ariel Sharon, telah membenarkan penjualan senjata Israel ke Iran, “Kami berharap kerjasama diplomatik antara kami dan Iran akan diperbaharui seperti dulu.”
Empat bulan kemudian ia berkata pada konferensi pers di Paris, “Israel mempunyai kepentingan vital terhadap kelanjutan perang di Teluk Persia, dan terhadap kemenangan Iran.”

Seriuskah Ahmadinejad Ingin Memerangi Israel?
Satu hal lagi yang masih menjadi tanda tanya besar dan patut untuk dijadikan bahan kritisi adalah tentang posisioning Ahmadinejad terhadap Israel.
Secara verbal kita tahu dia anti yahudi dan Israel. Bahkan sesumbarnya ingin melenyapkan Zionis dari muka bumi. Kita tentu masih ingat dengan pidato berapi-api Ahmadinejad pasca terpilih jadi presiden. Saat itu beliau menuntut agar negara Israel dihapus dari peta dunia ini. Dan bahwa lenyapnya Israel hanya masalah waktu saja.

Tapi lain di mulut lain di dunia nyata. Orang semakin penasaran, apa yang dilakukan oleh presiden satu ini. Yang pasti memang sampai hari ini belum ada klarifikasinya adalah tentang kedekatan Ahmadinejad dengan orang-orang yahudi.
Lucunya malah suatu ketika dirinya tertangkap oleh juru kamera sedang bersama orang-orang Yahudi di Amerika. Bahkan di New York, presiden Iran itu menyambut kedatangan sejumlah Rabi Yahudi Amerika. Sambutan hangat, saling memberi hadiah dengan orang-orang Yahudi.

Dan satu hal yang pasti lagi, sampai hari ini kita tidak melihat Iran mengirim rudal atau roket ke Israel. Padahal klaimnya, mereka punya senjata yang bisa menembus langsung jantung Israel.

Ironisnya lagi, di dalam negeri sendiri, terjadi ‘genocide’ terhadap Ahlussunnah. Mereka dilarang, walau sekedar untuk menjalankan syiar agama mereka padahal jumlah mereka ada sepertiga penduduk Iran.

Pemerintah Iran menutup satu-satunya masjid milik kaum Sunni di kota ‘Fadhel Abad, ’ yang terletak di sebelah utara negeri persia itu, setelah delapan tahun dibangun dan dijadikan tempat shalat oleh sekitar 2000 jiwa kaum Sunni di sana.
Padahal penduduk kota itu telah beberapa kali melayangkan surat kepada presiden Ahmaden Nejad, perwakilan ‘komandan revolusi’ di kabupaten Klistan, dan bupati Klistan sendiri serta para pejabat besar lainnya. Namun upaya itu selalu gagal dan tidak pernah membuahkan hasil.

Syeikh Al-Qaradhawi dalam kesempatan dialog pendekatan Sunni -Syiah juga menyinggung tentang proyek pensyi’ahan secara terorganisir yang terjadi di sejumlah lokasi yang dihuni orang-orang Sunni. Menurut beliau, proyek pensyiahan di wilayah itu nyata-nyata didanai dan didukung sepenuhnya secara resmi oleh pemerintah Iran. Bukan sekedar pekerjaan oknum seperti alasan yang dibuat-buat oleh Rafsanjani.

Kesimpulan
Jawaban ini tentu tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan Ahmadinejad atau Iran. Tetapi sekedar memberikan peta bahwa sosok kehebatan Ahmadinejad di media itu bukan berarti tanpa kritik dan persoalan. Kagum boleh, tapi fakta tetap berbicara. Setidaknya, kita tidak harus menjadi fans yang fanatik buta kepada sosok, karena apa pun bisa saja terjadi.

Orang yang kita cintai dengan membabi buta, suatu ketika bisa saja menjadi orang yang paling kita benci. Sebaliknya, orang yang paling kita benci, siapa tahu bisa menjadi orang yang paling dicintai. Namanya juga hati, sebuah misteri.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc

www.eramuslim.com

1 comment:

Anonymous said...

http://ressay.wordpress.com/2008/06/13/tanggapan-untuk-ahmad-sarwat-atas-kagum-kepada-ahmadinejadnya/